WELCOME TO MY BLOG...
Blog ini menguak FAKTA-FAKTA yang belum anda ketahui.
dan juga MISTERI yang belum terungkap mau pun yang sudah terungkap secara ilmiah mau pun cara lain...
HAPPY READ MY BLOG...

Selasa, 10 April 2012

KERAJAAN UBUR UBUR PRASEJARAH DI DANAU KAKABAN, KALIMANTAN TIMUR

Di peta Kalimantan Timur, tampak gugusan Pulau Derawan bagai noktah, namun pada salah satu pulaunya, terdapat kekayaan alam yang menjadi warisan dunia tepatnya berupa danau air payau/tawar di tengah Pulau Kakaban. Bagi wisatawan yang menyukai wisata petualangan dan bahari maka mengunjungi kawasan seluas 774,2 Ha adalah pilihan tempat berlibur yang menawarkan keindahan dan keunikan tersendiri. Secara administratif kawasan itu masuk dalam Kabupaten Berau, di utara Kaltim pada perairan Laut Sulawesi.

Pulau Kakaban berbentuk menyerupai angka “9″. Bagian melingkarnya di sebelah utara merupakan atol atau batu karang berbentuk cincin dan memiliki laguna. Kakaban menyuguhkan keunikan alam seperti yang hanya dapat ditemui di pulau-pulau yang berada di Republik Palau di kawasan Mikronesia, tenggara Laut Pasifik atau hanya ada 2 tempat unik seperti ini di dunia, salah satunya adalah Danau Kakaban.

Keunikan tersebut adalah danau air payau dengan biota yang mengalami evolusi selama puluhan ribu tahun sehingga memiliki sifat dan tampilan fisik yang berbeda dengan spesies sejenisnya di laut. Evolusi purba itu menyebabkan perubahan ekosistem yang unik dan tersendiri sehingga danau itu menjadi “Kerajaan Ubur-Ubur” prasejarah. Ubur-ubur dengan berbagai ukuran, bentuk maupun cara berenang membedakannya dengan satwa sejenis yang habitatnya di laut.

Di kawasan itu ada ubur-ubur (jelly fish) berbadan bening mirik piring kaca (Aurelia aurita) dan beberapa jenis lainnya hanya seukuran ujung jari telunjuk (Tripedalia cystophora). Beberapa spesies ubur-ubur mendominasi, khususnya seukuran sekepalan tangan, ibarat bola lampu pijar berwarna biru kecoklatan (Martigias papua).

Bersama ketiga jenis ubur itu, terdapat juga spesies ubur-ubur Cassiopeia ornata yang menjadi “raja” (trademark) di “Kerajaan Ubur-Ubur”. Keunikannya, yakni tidak seperti ubur-ubur laut yang garang karena memiliki sengat berbisa, ubur-ubur jenis ini sebaliknya tidak berbahaya. Mereka berenang terbalik dengan tentakel menghadap ke atas.

Perilaku itu merupakan bentuk adaptasi akibat keterbatasan makanan di danau, sehingga membuat ubur-ubur itu melakukan simbiosis mutualisme dengan algae. Algae memerlukan bantuan sinar matahari untuk menghasilkan makanan.

Perubahan ekosistem di Danau Kakaban terjadi melalui evolusi yang cukup lama ketika air hujan dan air tanah secara perlahan mengubah air danau asin itu menjadi lebih tawar ketimbang air laut yang ada di sekitarnya. Danau yang terletak di pulau Kakaban tidak seperti danau-danau pada umumnya.

Dua juta tahun silam, danau itu merupakan laguna dari sebuah atol. Pada zaman itu telah terjadi proses pengangkatan dasar selama beberapa ribu tahun, yang membuat terumbu karang di sekelilingnya naik di atas permukaan laut.

Data menujukkan bahwa keunikan Pulau Kakaban telah menarik perhatian turis mancanegara, tercatat sekitar 30 ribu wisatawan mancanegara mengunjungi kawasan itu per tahun. Ini jadi potensi wisata sekaligus ancaman, karena bisa terjadi kunjungan tidak terkendali akan merusak lingkungan di kawasan itu.

Pulau Kakaban diperkirakan juga menjadi “surga” berbagai jenis hewan yang hanya terdapat di kawasan itu namun banyak yang belum diidentifikasi. Keunikan itu menyebabkan Dr. Thomas Tomascik, seorang ahli kelautan berkebangsaan Kanada menyatakan bahwa Pulau Kakaban merupakan surga kekayaan biologi yang ada di Indonesia.

Mengunjungi Pulau Kakaban benar-benar tidak hanya menikmati keindahan danau di tengah pulau namun menyadarkan pengunjung tentang kebesaran Sang Pencipta yang bisa membuat tumbuhan dan hewan bisa bertahan saat terjebak pada ekosistem yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar